Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura kembali menggelar kegiatan RAMIN Series ke-43 sebagai bagian dari upaya memperkuat literasi ilmiah sivitas akademika melalui kolaborasi dengan lembaga riset nasional. Bertempat di Aula Bungur, Kampus Baru Fakultas Kehutanan UNTAN, kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa, 6 Mei 2025, mengangkat tema “Pendekatan Ilmiah dan Kebijakan dalam Pengelolaan Keanekaragaman Hayati: Dari Biosistematika hingga Regulasi Global.”
Acara ini turut dirangkai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara BRIN dengan dua fakultas di lingkungan Uniersitas Tanjungpura, yaitu Fakultas Kehutanan dan Fakultas MIPA.
Sambutan Dekan: Semangat Kolaborasi dan Regenerasi Ilmuwan
Kegiatan dibuka oleh Dekan Fakultas Kehutanan UNTAN, Dr. Ir. Farah Diba, S.Hut., M.Si., IPU., yang menyampaikan apresiasi atas kehadiran tim dari BRIN serta komitmen bersama dalam mendorong riset keanekaragaman hayati Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa Fakultas Kehutanan memiliki sumber daya yang besar untuk mendukung kerja sama riset lapangan dan pendidikan berbasis konservasi.
“Kami menyambut baik kerja sama ini sebagai upaya membuka jalan bagi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam riset, magang, dan pengembangan kompetensi. Fakultas kami memiliki lebih dari 500 mahasiswa per angkatan dan 46 dosen, mayoritas perempuan. Inilah kekuatan akademik yang kami banggakan,” ujar beliau.
Ia juga berharap kolaborasi ini tidak berhenti di atas kertas, tetapi berlanjut dalam bentuk program nyata yang memberi dampak bagi lingkungan, mahasiswa, dan masyarakat.
Kolaborasi Ilmu dan Kebijakan: Hadirkan BRIN ke Tengah Kampus
Acara dihadiri oleh dosen dan tenaga kependidikan dari Fakultas Kehutanan dan FMIPA, pimpinan fakultas, serta mahasiswa dari kedua fakultas. Dua peneliti senior dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan – BRIN hadir sebagai narasumber, yaitu Dr. Bayu Adjie, S.Si., M.Sc. dan Dr. Amir Hamidy, M.Sc.
Dr. Bayu membawakan materi “Biosistematika dan Evolusi: Pondasi Memahami Keanekaragaman Hayati,” menyoroti pentingnya regenerasi ahli taksonomi dan peluang pengembangan riset spesialisasi yang masih terbuka lebar di Indonesia, khususnya luar Pulau Jawa.
“Kalau kalian memilih bidang yang unik, kalian tidak akan mencari pekerjaan—pekerjaanlah yang akan mencari kalian,” ungkapnya memotivasi mahasiswa.
Sementara itu, Dr. Amir Hamidy memaparkan topik “Regulasi Nasional dan Internasional dalam Pengelolaan Keanekaragaman Hayati.” Ia menjelaskan pentingnya pemahaman hukum konservasi, protokol Nagoya, dan regulasi pengelolaan sumber daya genetik (SDG) yang menjadi jembatan antara riset dan kebijakan.
“Kearifan lokal, seperti pembatasan waktu panen atau sistem ‘sasi’, terbukti ampuh dalam menjaga spesies. Inilah bentuk perlindungan yang tumbuh dari masyarakat, dan itu tak kalah penting dari regulasi resmi,” ujarnya.
Penandatanganan PKS dan Langkah Nyata ke Depan
Kegiatan ini juga menjadi momentum resmi penandatanganan kerja sama antara BRIN dengan Fakultas Kehutanan dan FMIPA UNTAN. Kolaborasi ini mencakup program ekspedisi biodiversitas Kalimantan Barat, riset berbasis publikasi, beasiswa S2–S3, hingga pelatihan lapangan untuk mahasiswa dan dosen.
Program ini dirancang untuk berlangsung selama tiga tahun ke depan, dengan titik awal eksplorasi di kawasan Putussibau dan wilayah konservasi lainnya di Kalimantan Barat. BRIN juga membuka peluang kontribusi sivitas akademika Untan dalam forum-forum riset nasional dan internasional.
Refleksi dan Harapan
Melalui RAMIN Series ke-43 ini, Fakultas Kehutanan UNTAN kembali menegaskan komitmennya sebagai bagian dari solusi riset keanekaragaman hayati Indonesia. Semangat kolaboratif yang terbangun diharapkan dapat menjadi fondasi kokoh untuk membentuk generasi ilmuwan yang tangguh, inovatif, dan berdampak nyata bagi konservasi lingkungan.